top of page

WATONGARAP

GARAGE

  • Facebook
  • White Instagram Icon

Mengenal ''Kustom Kulture'' dan perkembangannya di Tanah Air

Writer: WatonNulisWatonNulis

Updated: Dec 5, 2018

Berawal di Amerika Serikat pada era 1950-an, "Kustom Kulture" di kalangan pemotor lalu menyebar dan berkembang di beberapa negara, termasuk Indonesia.

 
Ngatan Bhimo kembali ke tahun 2013, saat ia berkunjung ke acara otomotif bertajuk Pasar Jongkok Otomotif (Parjo) di kawasan Senayan, Jakarta, yang kemudian membuat hidupnya berubah.

Pemilik nama lengkap Bhimo Bhirawa itu adalah seorang desainer produk sudah lama menyukai sepeda motor kustom dan budaya kustom (custom culture) secara keseluruhan. Bahkan sejak 2010 ia sudah mulai berpikiran untuk mengembangkan perlengkapan busana bagi para pecinta budaya kustom.

Pada Parjo 2013 itulah, setelah melihat dan berkenalan dengan orang yang memiliki kesukaan dan hasrat yang sama dengan dirinya, pria yang kini berusia 29 tahun itu memantapkan pilihannya; menjadikan budaya kustom sebagai jalan hidupnya.

Bersama dua teman, pada 2014 Bhimo lalu mendirikan Good Wind, sebuah jenama yang menyediakan berbagai kelengkapan fesyen berkendara, tentu saja dengan sentuhan budaya kustom.

"Awalnya sih pengen beda aja, klasik dan gak mainstream," ujar pemilik Honda 90 yang telah digubah menjadi motor berjok tunggal dengan gaya cafe racer itu saat bertemu Beritagar.idpada Senin (17/10/2016).

Apa sih motor kustom dan budaya yang menyertainya?

"Motor kustom sebenarnya gambaran selera dan ambisi pemiliknya. Jadi dimulai dengan konsep yang ada di otak si pemilik untuk punya atau menciptakan motor dengan tampilan yang berbeda," papar Bhimo.

Kata "berbeda" menjadi kunci di sini. Kustom, yang disadur dari bahasa Inggris "custom" secara harfiah berarti "menurut pesanan". Maksudnya, barang-barang yang dibuat sesuai dengan keinginan pembelinya. Karena sesuai pesanan, sudah barang tentu produk tersebut bakal berbeda dengan yang dibuat massal.

Kustom Kulture adalah neologisme yang awalnya berkembang di Amerika Serikat untuk menggambarkan karya seni, kendaraan, gaya rambut, dan fesyen orang-orang yang mengendarai dan membangun mobil dan motor yang telah dimodifikasi.

Budaya ini mulai berkembang pada era 1950-an dan semakin populer saat makin banyak yang tertarik memodifikasi kendaraan mereka, baik roda dua maupun empat, dalam gaya hot rod untuk membuatnya menjadi lebih bertenaga dan kencang.

Kustom Kulture ini lalu berkembang ke berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.

Kali ini kami akan sedikit mengupas perkembangan budaya kustom di Indonesia, mulai dari sejarah singkat kedatangannya hingga bisnis sepeda motor kustom yang semakin berkembang.


Motor kustom model Chopper yang banyak beredar di jalanan Indonesia | Dokumen Bhimo Bhirawa

Skena Kustom Kulture di Indonesia sudah mulai berkembang pada era 1970-an saat semakin banyak kendaraan roda dua yang mulai masuk ke pasar nasional. Demikian dipaparkan Wira Bakti dalam sebuah tulisan panjangnya di laman Lawless Jakarta soal perkembangan budaya kustom di Indonesia.

Wira, pengelola gerai kustom Saint & Sinners Motorclothes (SSMC), merujuk dua kover majalah Aktuil terbitan awal 1970-an. Kover pertama menampilkan penyanyi Gito Rollies berpose dengan Yamaha XS650 chopper. Lalu kover yang menunjukkan beberapa wanita berpose mengendarai Volkswagen Buggy yang sudah dimodifikasi.

Perlahan tapi pasti budaya kustom semakin berkembang di Tanah Air dan, menurut Yusuf Abdul Jamil, seorang pembuat motor kustom --biasa disebut builder-- dari Lawless, kepada Tempo.co(11/8/2015) gerakan budaya kustom semakin terasa pada awal 2000-an.

Orang ingin membuat sendiri motornya sesuai kepribadian -Arian Arifin

Semakin banyak yang ingin menyesuaikan bentuk, tampilan, dan performa motor yang digunakan dengan diri pemilik itu sendiri.

"Ingin melepaskan diri dari mainstream. Orang ingin membuat sendiri motornya sesuai kepribadian," kata Arian Arifin, vokalis band Seringai yang juga pencinta motor kustom.

Virus kustom lalu menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan ke berbagai profesi.

Sebuah budaya yang banyak diikuti pada akhirnya akan memunculkan kelompok beranggotakan orang-orang sepemikiran, yang disebut komunitas. Pun dengan para penggemar motor kustom.


sumber : https://beritagar.id/artikel/laporan-khas/mengenal-kustom-kulture-dan-perkembangannya-di-tanah-air

Comments


© 2018 by WATONGARAP. Proudly created with Wix.com

Website tidak benar benar digunakan untuk hal komersil, melainkan untuk kebutuhan tugas mata kuliah Konvergensi Media

bottom of page